Manajemen Nyeri Pada Anak

Nyeri didefinisikan sebagai fenomena multidimensi dengan melibatkan komponen sensorik, fisiologis, kognitif, afektif dan perilaku yang menghasilkan pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Dan, nyeri merupakan keluhan yang sangat umum dijumpai pada pasien anak-anak yang dirawat di pusat layanan kesehatan. Meskipun mendapatkan perawatan dan pengurangan rasa sakit merupakan hak asasi manusia yang ada tanpa memandang usia, namun pengalaman dan manajemen nyeri sebelumnya, bahkan dari tahap awal kehidupan, mengubah respons dan perilaku menuju pengalaman dan peristiwa “menyakitkan” lebih lanjut. Oleh karena itu, tidak akan ada dua orang yang mengekspresikan rasa sakit dengan cara yang sama, dan keadaan ini menambah kompleksitas penanganan rasa sakit.

Sayangnya, bahkan ketika rasa sakit itu terlihat jelas, anak-anak seringkali mendapatkan perawatan yang tidak adekuat untuk rasa sakitnya dan jikapun diberikan, seringkali dengan prosedur penanganan yang menyakitkan. Padahal, perawatan nyeri yang optimal pada anak-anak dan remaja adalah tindakan yang paling penting, karena nyeri akut yang tidak dikelola dengan baik dapat berubah menjadi nyeri kronis atau menimbulkan gejala stres pasca trauma. Parahnya, nyeri kronis bisa berdampak negatif pada kualitas hidup, yang memungkinkan memiliki konsekuensi sosial dan emosional bagi anak-anak dan anggota keluarganya.

Lalu, bagaimana langkah yang harus diambil agar anak-anak mendapatkan perawatan nyeri secara memadai? Tindakan apakah yang harus lakukan ketika anak-anak berrada pada fase nyeri, apakah langsung diberi obat anti nyeri, atau harus dibawa ke rumah sakit? Bisakah dilakukan di rumah saja dan apakah penanganan nyeri selalu harus dengan pemberian obat?